BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara yang
mengatur hak dan kewajiban warga negara dan negara konstitusi suatu negara
biasa disebut dengan Undang-Undang Dasar (UUD). Dalam pembangunan negara dan
warga negara dan warga negara yang demokratis, keberadaan konstitusi sangatlah
penting. Dengan kata lain konstitusi demokratis lahir dari negara yang
demokratis. Namun demikian tidak ada jaminan adanya konstitusi yang demokratis
akan melahirkan sebuah negara yang demokratis akan melahirkan sebuah negara
yang demokratis. Hal itu disebabkan oleh penyelewengan atas konstitusi oleh
penguasa yang otoriter.
Pada pembahasan kali ini akan diuraikan unsur-unsur penting dalam
konstitusi meliputi pengertian fungsi, tujuan, ruang lingkup, sejarah dan model
konstitusi dan akan dipaparkan seputar urutan perundang-undangan di Indonesia
dan tata kenegaraan pasca amandemen UUD 1945.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar (pengertian, tujuan, fungsi,
dan ruang lingkup) konstitusi dalam kehidupan kenegaraan?
2. Apa pentingnya konstitusi dalam sebuah Negara?
3. Bagaimana pola kerja lembaga kenegaraan pasca
amandemen UUD 1945?
4. Bagaimana tata perundang-undangan Indonesia
dalam konteks konstitusi?
C. Tujuan
Penulisan
1. Memahami
konsep das.ar (pengertian, tujuan, fungsi, dan ruang lingkup) konstitusi
dalam kehidupan kenegaraan.
2. Mengetahui
pentingnya konstitusi dalam sebuah Negara.
3. Mengetahui
pola kerja lembaga kenegaraan pasca amandemen UUD 1945.
4. Mengetahui bagaimana tata perundang-undangan
Indonesia dalam konteks konstitusi.
BAB II
LANDASAN
TEORITIS
PENGERTIAN KONSTITUSI
Konstitusi berasal dari bahasa perancis “Constituer” yang berarti
membentuk. Maksud dari istilah tersebut ialah pembentukan, penyusunan, atau
penyataan akan suatu negara. Dalam bahasa latin, “konstitusi” merupakan gabungan
dua kata, yakni cume “bersama dengan..” dan statuere berarti “membuat sesuatu
agar berdiri atau mendirikan, menetapkan sesuatu”. Dengan kata lain, constitutio
(tumggal) berarti menetapkan sesuatu secara bersama-sama, constitutiones
berarti segala sesuatu yang telah ditetapkan. Sedangkan undang-undang dasar
merupakan terjemahan dari istilah belanda “Grondwet” kata grond berarti
tanah atau dasar dan wet berarti undang-undang.
Istilah konstitusi (constitution) dalam bahasa Inggris, memiliki makna yang
lebih luas dari pada Undang-Undang Dasar, yakni konstitusi adalah keseluruhan
dari peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaiman suatu pemerintahan diselenggarakan dalam
suatu masyarakat.
Terdapat beerapa makna terkait dengan istilah konstitusi seperti konstitusi
dalam arti material yaitu perhatian terhadap isinya yang terdiri atas pokok
yang penting dari struktur dan organisasi negara. Konstitusi dalam arti formil yaitu
perhatian terhadap prosedur , pembentukannya harus yang istimewa dibandingkan
dengan pembentukkan perundang-undangan
lainnya. Konstitusi dalam arti tertulis yaitu konstitusi yang
dinaskahkan tertentu guna memudahkan pihak-pihak mengetahuinya, dan kostitusi dalam arti
undang-undang tertinggi yaitu pembentukkan perubhannya melalui prosedur
istimewa dan ia juga merupakan dasar tertinggi dari perundang-undangan lainnya
yang berlaku dalam negara.
Dari beberapa pengertian diatas, konstitusi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Suatu kumpulan kaidah yang memberikan
pembatasan-pembatasan kekuasaan kepada para penguasa.
2. Suatu dokumen tentang pembagian tugas dan
sekaligus petugasnya dari suatu sistem politik.
3. Suatu deskripsi yang menyangkut masalah hak
asasi manusia.
Tujuan,
Fungsi Dan Ruang Lingkup Konstitusi
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan
yang berdaulat. Fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat
untuk membentuk sistem politik dan sistem huku negara. Ruang lingkup isi
undang-undang dasar sebagai konstitusi tertulis sebagaimana dikemukakan oleh
A.A.H Struycken memuat tentang :
1. Hasil perjuangan politik bangsa diwaktu yang
lampau.
2. Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan
ketatanegaraan bangsa.
3. Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
baik waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
4. Suatu keinginan dengan mana perkembangan
kehidupan ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin.
Konstitusi Sebagai Piranti Kehidupan
Kenegaraan Yang Demokratis
Konstitusi merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk untuk mengatur dasar
hubungan kerjasama antara negara dan masyarakat (rakyat) dalam konteks
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai suatu aturan dasar yang mengatur
kehidupan dalam berbangsa dan bernegara, maka sepatutnya konstitusi dibuat atas
dasar kesepakatan bersama anatara negara dan warga negara, agar satu sama lain
merasa bertanggung jawab serta tidak terjadi penindasan dari yang kuat terhadap
yang lemah.
Jika
konstitusi dipahami sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsadan bernegara,
maka konstitusi memiliki kaitan yang cukup erat dengan penyelenggaraan
pemerintahan dalam sebuah negara. Konstitusi merupakan meda bagi terciptanya
kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga negara. Dengan kata lain, negara
yang memilih demokrasi sebagai pilihannya, maka konstitusi demokratis merupakan
aturan yang dapat menjamin terwujudnya demokrasi dinegara tersebut sehingga
melahirkan kekuasaan atau pemerintahanyang demokratis pula. Kekuasaan yang
demokratis dalam menjalankan prinsip-prinsip demokrasi perlu dikawal oleh
masyarakat sebagai pemegang kedaulatan. Agar nilai-nilai demokrasi yang
diperjuangkan tidak diselewengkan, maka partisipasi warga negara dalam
menyuarakan aspirasi perlu ditetapkan didalam konstitusi untuk ikut
berpartisipasi dan mengawal proses demokratisasi pada sebuah negara. Secara
umum, konstitusi yang dapat dikatakan demokratis mengandung prinsip-prinsip
dasar demokrasi dalam kehidupan bernegara yaitu:
1. Menempatkan warga negara sebagai sumber utama
kedaulatan.
2. Mayoritas berkuasa dan terjamin hak minoritas.
3. Adanya jaminan penghargaan terhadap hak-hak
individu warga negara dan penduduk negara.
4. Adanya jaminan terhadap kebutuhan negara
nasional dan intregitas wilayah.
5. Adanya jaminan keterlibatamn rakyat dalam
proses bernegara melalui pemilihan umum yang bebas.
6. Adanya jaminan berlakunya hukum dan keadilan
melalui proses peradilan yang independen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tatanan dan praktek kehidupan
kenegaraan mencerminkan suasana yang demokratis apabila Konstitusi atau
Undang-Undang Dasar negara tersebut memuat rumusan tentang pengolaan kenegaraan
secara demokratis dan pengakuan tentang hak asasi manusia secara memadai.
Karenanya konstitusi menjadi piranti yang sangat penting bagi sebuah negara
demokrasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Lembaga Kenegaraan Pasca Amandemen UUD 1945
Secara umum sistem kelembagaan mengikuti pola
pembagian kekuasaan dalam pemerintahan sebagaimana yang dikemukakan oleh
Montesquieu dengan teorinya yang terkenal yaitu Trias Politica.
Menurutnya, pada setiap pemerintahan terdapat tiga jenis kekuasaan yaitu:
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Ketiga jenis kekuasaan tersebut terpisah
satu sama lainnya, baik mengenai tugas(functie) maupun mengenai alat
perlengkapan (orang) yang melakukannya. Karenanya, menurut ajaran teori ini
tidak dapat dibenarkan adanya campur tangan antara satu kekuasaan pada lembaga
kenegaraan dengan yang lainnya. Pemisahan kekuasaan artinya mengandung arti
bahwa ketiga kekuasaan tersebut masing-masing harus terpisah baik lembaga
maupun orang yang menanganinya.
Dalam perjalanan sistem ketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan
yang sangat mendasar terutama sejak adanya amandemen UUD 1945 yang dilakukan
MPR hingga empat kali perubahan. Perubahan tersebut dilatarbelakangi adanya
kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratis.
Hasil amandemen yang berkaitan dengan kelembagaan negara dengan jelas dapat
dilihat pada perubahan pertama UUD 1945 yang memuat pengendalian kekuasaan
presiden, tugas serta wewenang DPR dan presiden dalam hal pembentukan UU.
Perubahan kedua UUD 1945 berfokus pada penataan ulang keanggotaan, fungsi, hak,
maupun cara pengisiannya. Perubahan ketiga UUD 1945 menitik beratkan pada
penataan ulang kedudukan dan kekuasaan MPR, jabatan presiden yang berkaita
dengan tata cara pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung,
pembentukan lembaga negara baru yang meliputi Mahkamah Konstitusi (MK), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD), dan Komisi Yudisial (KY) serta aturan tambahan untuk
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sedangkan perubahan keempatan UUD 1945 mencakup
materi tentang keanggotaan MPR, pemilihan presiden dan wakil berhalangan tetap,
serta kewenangan presiden.
Sebelum perubahan UUD 1945, alat-alat kelengkapan negara dalam UUD 1945
adalah: Lembaga kepresidenan, MPR, DPA, DPR, BPK, dan kekuasaan kehakiman.
Setelah amandemen secara keseluruhan terhadap UUD 1945, alat kelengkapan negara
yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi delapan lembaga, yakni: MPR,
DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BPK. Posisi masing-masing lembaga setara
yaitu sebagai lembaga tinggi negara yang memiliki kolerasi satu sama lain dalam
menjalankan fungsi chek and balances antar lembaga tinggi tersebut.
Reformasi ketatanegaraan di indonesia terkait dengan lembaga kenegaraan
sebagai hasil dari proses amandemen UUD 1945 dapat dilihat pada tugas pokok dan
fungsi lembaga tersebut yang dikelompokkan dalam ke;embagaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif sebagaimana dijelaskan dibawah ini:
1. Lembaga
Legislatif
Dalam ketatanegaraan negara Indonesia, lembaga legislatif direpresentasikan
pada 3 (tiga) lembaga, yakni DPR, DPD, dan MPR. Dari ketiga lembaga tersebut posisi
MPR merupakan lembaga yang bersifat kha Indonesia. Menurut Jimly Asshiddiqie
keberadaan MPR terkandung nilai-nilai historis yang cenderung dilihat secara
tidak rasional dalam arti jika kedudukannya sebagai suatu lembaga dihilangkan
dapat dinilai menghilangkan satu pilar penting dalam sistem ketatanegaraan kita
yang justru di anggap perlu dilestarikan. Prinsi permusyawaratan tercermin
dalam kelembagaan MPR, sedangkan prinsip perwakilan dianggap tercermin dalam
kelembagaan DPR.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga negara dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat dan
memegang kekuasaan membentuk Undang-undang. DPR memiliki funsi legislasi,
anggaran, dan pengawasan Diantara tugas dan wewenang DPR adalah:
a. Membentuk Undang-undang yang dibahas dengan
Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
b. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan
pemerintah pengganti Undang-undang.
c. Menerima dan membahas usulan RUU yang diajukan
DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikut sertakannya dalam
pembahasan
d. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan
memperhatikan pertimbangan DPD.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan
UU, APBN serta kebijakan pemerintah.
Dalam menjalankan fungsinya, anggota DPR memiliki hak interpelasi (yakni
hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan pemerintah yang
berdampak kepada kehidupan bermasyarakat dan bernegara), hak angket (hal
melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang diduga bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan), dan hak menyatakan pendapat. DPR juga
mempunyai hak mengajukan RUU, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat , membela diri, hak imunitas, serta hak protokoler.
Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan
MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, DPR berhak
meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum. Atau warga masyarakat
untuk memberikan keterangan.
Sedangkan DPD merupakan lembaga baru da;lm sistem ketatanegaraan Indonesia.
Berdasarkan perubahan ketiga UUD 1945. Gagasan pembentukan DPD dalam rangka
rekstrukturisasi parlemen di Indonesia menjadi dua kamar telah diadopsi. Dengan
demikian resmilah pengertian dewan perwakilan rakyat di Indonesia mencakup DPR
dan DPD.
2. Lembaga
Eksekutif
Pemerintahan (goverment) pada dasarnya memiliki dua pengertian: Goverment
in broader sense, yaitu pemerintahan yang meliputi keseluruhan lembaga
kenegaraan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) dan Goverment in narrower sense,
yaitu pemerintahan yang hanya berkenaan dengan funngsi eksekutif saja. Dalam
hal ini akan dibahas adalah makna pemerintahan yang hanya berkenaan dengan
kekuasaan eksekutif. Di negara-negara demokratis lembaga eksekutif terdiri dari
kepala negara seperti raja, perdan mentri atau presiden beserta
menteri-menterinya. Dalam sistem presidensiil seperti Indonesia menteri-menteri
merupakan pembantu presiden dan langsung dipimpin olehnya, sedangkan dalam
sistem parlementer para menteri dipimpin oleh seorang perdana menteri.Kekuasaan
eksekutif dimaknai sebagai kekuasaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kemauan negara dan plaksanaan UU.
Dalam ketatanegaraan di Indonesia sebagaimana UUD 1945 bahwa kekuasaan
eksekutif dilakukan oleh presiden yang dibantu oleh wakil presiden yang dalam
menjalankan kewajiban negara, seperti yang tercantum dalam pasal 1, presiden
dibantu oleh menteri-menteri negara. Menurut perubahan ketiga UUD 1945 pasal
6A, presiden dan wakil presiden dipilih satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
Sdangkan sebelum amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden dipilih oleh
MPR, dengan adanya perubahan amandemen UUD 1945 presiden tidak lagi bertanggung
kawab kepada MPR dan kedudukan antara presiden dan MPR adalah setara. Sebagai
pala negara presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di Dunia. Sebagai
kepala pemerintahan presiden dibantu oleh menteri-menteri dalam kabinet,
memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan
sehari-hari.
Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain:
a. Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD
b. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan
Udara
c. Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada DPR,
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU
d. Menetapkan Peraturan Pemerintahan
e. Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri
f. Membuat perjanjian Internasional lainnya
dengan persetujuan DPR
g. Mengangkat duta dan konsul serta menerima
penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR
h. Meberi grasi, rehabilitasi, amnesti dan
abolisi.
i.
Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya
yang diatur dengan UU
3. Lembaga
Yudikatif
Kekuasaan yudikatif berpuncak pada kekuasaan kehakiman yang juga dipahami
mempunyai dua pintu yakni: Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi. Kekuasaan kehakiman, dalam konteks negara
Republik Indonesia, adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila.
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah membawa perubahnan kehidupa
ketatanegaraan dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Berdasarkan perubahan
tersebut ditegaskan bhwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh:
a. Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,
lingkungan peradilan militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negar.
b. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan lembaga baru yang diperkenalkan oleh perubahn
ketiga UUD 1945. Salah satu landasan yang melahirkan lembaga ini karena sudah
tidak ada lagi lembaga tertinggi negara. Maka itu bila terjadi persengketaan
antar lembaga tinggi negara, diperlukan sebuah lembaga khusus yang menanggani
sengketa tersebut yang disebut Mahkamah Konstitusi.
4. Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK)
BPK dapat dikatakan mitra kerja yang erat bagi DPR terutama dalam mengawasi
kinerja pemerintahan, yang berkenaan dengan soal-soal keuangan dan kekayaan
negara. BPK adalah lembaga negara Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK memiliki tugas dan wewenang
yang sangat strategis karena menyangkut aspek yang berkaitan dengan sumber dan
penggunaan anggaran serta keuangan negara, yaitu:
a. Memeriksa tanggung jawab keuangan negara dan
memberitahukan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPRD, dan DPD.
b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN.
c. Memeriksa tanggung jawab pemerintah tentang
keuangan negara.
Dari tugas dan wewenang tersebut diatas, Moh. Kusnadi menyimpulkan bahwa
fungsi pokok BPK yakni:
a. Fungsi operatif, yaitu melakukan pemeriksaan,
pengawasan dan penelitian atas penguasaan dan pengurusan keuangan negara.
b. Fungsi yudikatif, yaitu melakukan tuntutan
perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi terhadap pegawai negeri yang
perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban, serta menimbulkan
kerugian bagi negara.
c. Fungsi rekomendatif, yaitu memberikan
pertimbangan kepada pemerintah tentang pengurusan keuangan negara.
Tata Urutan Perundang-undangan Indonesia
Kerangka Implementasi konstitusi / Undang-Undang Dasar
Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi atau UUD 1945 bahwa Indonesia ialah
negara yang berdasar atas hukum (rechstaat), tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (machtsstaat). Dalam keputusan ilmu hukum di Indonesia
istilah negara hukum merupakan terjemahan dari rechsstaat dan the
rule of law. Konsep rechsstaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya perlindungan terhadap HAM.
2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada
lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan.
4. Adanya peradilan administrasi.
Tata urutan perundang-undangan dalam kaitan Implementasi konstitusi negara
Indonesia adalah merupakan bentuk tingkatan perudang-undangan. Sejak 1966 telah
dilakukan perubahan atas hierarki (tata urutan) peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Diawal tahun 1966, melalui ketetapan MPRS No.XX/MPRS/1966 Lampiran
2, disebutkan bahwa hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia adala
sebagai berikut:
1. Undang-undang Dasar 1945.
2. Ketetpan MPR.
3. Undang-undang atau peraturan pemerintah
pengganti Undang-undang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan presiden.
6. Peraturan-peraturan pelaksanaanya, seperti:
a. Peraturan menteri
b. Instruksi menteri
c. Dan lain-lainnya
Selanjutnya berdasarkan ketetapan MPR No.III Tahun 2000, tata urutan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Undang-undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
5. Peraturan Pemerintah
6. Keputusan Presiden
7. Peraturan Daerah
Penyempurnaan terhadap tataperundang-undangan Indonesia terjadi kembali
pada tanggal 24 Mei 2004 ketika DPR menyetujui RUU pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (PPP) menjadi Undang-undang. Dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPP) yang berlaku secara efektif pada
bulan November 2004. Keberadaan Undang-Undang ini sekaligus menggantikan
pengaturan tentang tata perundang-undangan yang ada dalam ketetapan MPR No.III
Tahun 2000 sebagaimana tercantum diatas. Tata urutan peraturan
perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana diatur dalam Pasal 7 adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang/Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah yang meliputi:
a. Peraturan Daerah Provinsi
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
c. Peraturan Desa
Dengan dibentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan
dalam hierarki perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan diatasnya,
tidak bisa dilaksanakan dan batal demi hukum.
BAB IV
KESIMPULAN
Konstitusi dapat dikatakan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang mengatur
kekuasaan pemerintahan, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan
diantara keduanya. Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang,
pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat sedangkan fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen
nasional dan alat untuk membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya.
Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, sebelum perubahan UUD 1945 alat-alat
kelengkapan negara dalam UUD 1945 adalah: Lembaga Kepresidenan, MPR, DPA, DPR,
BPK, dan kekuasaan kehakiman, setelah amandemen keseluruhan terhadap UUD 1945,
alat kelengkapan negara yang disebut dengan lembaga tinggi negara menjadi
delapan lembaga yakni: MPR, DPR, DPD, Presiden, MA, MK, KY, dan BP. Posisi
lembaga setara yaitu sebagai lembaga tinggi negara yang memiliki kolerasi satu
sama lain dalam menjalankan fungsi chek and balances antarlembaga tinggi
tersebut.
TATA LAKSANA PERUNDANG-UNDANGAN
DALAM BERNEGARA
Diajukan Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur pada Matakuliah
CIVIC EDUCATION
Dosen Pengampu : Drs.H.Suklani,M.Pd.

Disusun Oleh :
Toto Wijaksana (14111120126)
Laeli Izzati Awaliyani (14111111345)
Winda Sofia (14111120127)
Raziq Falaq (14111110144)
Tarbiyah / PAI – D / I
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON


KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Segala puji dan syukur penyusun
panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kemudahan kepada kami untuk menyusun karya tulis ini
dengan segala kemudahan yang Dia berikan kepada kami. Karena kami sadari tanpa
bantuan dan kemudahan yang Ia berikan, kami tidak akan dapat menyelesaikan
karya tulis ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam kami panjatkan
kepada Rasul pemimpin umat, penunjuk jalan kebenaran, kepada keselamatan dunia
dan akhirat, Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para
sahabatnya, tabiin tabiatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya yang
insya Allah akan selalu taat pada ajaran yang dibawanya hingga akhir zaman. Amin
ya Rabbal Alamin.
Makalah
ini berisi tentang pembahasan mengenai “ Tata
Laksana Perundang-undangan Dalam Bernegara”.
Dalam
menyusun makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan, baik dalam
susunannya, maupun isinya . Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran
dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
Cirebon,
01 Desember
2011
Tim
Penyusun
|

![]() |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C.
Tujuan Pembahasan ................................................................................ 1
BAB II : LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Konstitus .............................................................................. 2
2.
Tujuan, Fungsi, dan Ruang lingkup Konstitusi .....................................3
3.
Konstitusi sebagai piranti kehidupan kenegaraan
yang
demokratis.....................................................................................3
BAB III : PEMBAHASAN
1.
Lembaga Kenegaraan Pasca Amandemen
Undang-Undang Dasar
1945.................................................................5
1.
Lembaga
Legislatif..........................................................................6
2.
Lembaga
Eksekutif..........................................................................7
3.
Lembaga Yudikatif..........................................................................8
4.
Badan Pemeriksaan Keuangan.........................................................9
2.
Tata Urutan Perundang-Undangan Indonesia Kerangka
Implementasi Konstitusi/Undang-Undang Dasar .........................................................10
KESIMPULAN..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
![]() |
DAFTAR PUSTAKA
Prof. DR. Komarudin Hidayat, Prof. DR.
Azyumardi, MA. Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar